Yogyakarta, DP3AP2 DIY (14/06/2022) - 09 Juni 2022 TeSAGa On Radio turut menyerukan mengenai depresi melalui siaran radio Sonora FM dan Smart FM yang dipandu oleh kak Fikto, siaran radio dimulai pukul 13.00 WIB sampai 14.00 WIB. Dalam kesempatan ini TeSAGa On radio menyiarkan tema tentang “Aku Depresi? Eits Jangan Self-Diagnosis”. Sebelum kita mulai, perlu kita ketahui definisinya, TeSAGa DIY menjelaskan definisi depresi yang merupakan gangguan mental umum suasana hati (mood) yang buruk yang ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Jika dibiarkan terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri. Terkait dengan depresi ada beberapa gejalanya, TeSAGa DIY menyebutkan bahwa Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Depresi ini memiliki 3 gejala dan tanda umum yakni gejala fisik, gejala psikis dan gejala sosial.
Gejala fisik meliputi Gangguan pola tidur, yang mana seseorang akan merasa sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia). Selain itu menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai. Lalu sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan). Memiliki gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis. Terkadang merasa berat ditangan dan kaki. Merasakan energi yang lemah, kelelahan, dan pergerakan menjadi lamban. Serta sulit berkonsentrasi, mengingat, dan memutuskan suatu hal. Sedangkan gejala psikis yang dapat dirasakan adalah rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus-menerus. Pada gejala ini juga meliki perasaan putus asa, pesimis, merasa bersalah, merasa diri tidak berharga, merasa terbebani, merasa tidak berdaya/tidak berguna, merasa tidak tenang, gampang tersinggung, memiliki keinginan mati atau bunuh diri, sensitif, dan kehilangan rasa percaya diri. Dan pda gejala sosial, seorang yang mengalami depresi memiliki gejala atau tanda menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas), tidak memiliki motivasi untuk melakukan apapun, hilangnya hasrat untuk hidup, serta keinginan untuk bunuh diri. TeSAGa DIY menjelsakan penderita depresi tidak selalu merasakan gejala yang sama, tergantung pada keparahan depresi yang dialami. Depresi ringan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan sosial. Pada kondisi yang berat, penderita benar-benar tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan membina hubungan dengan orang lain. Untuk lebih jelas bisa langsung memeriksakan diri ke psikolog yang terdapat di puskesmas atau biro terdekat agar tidak terjadi self-diagnosis.
Selanjutnya TeSAGa DIY menyebutkan penyebab-penyebab bisa terjadinya depresi, yang mana terdapat 3 faktor. Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor yaitu faktor biologi, faktor psikologis dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pada faktor biologi, dijelaskan pada wanita memiliki perubahan hormone yang dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose yang dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Pada faktor psikis, individu yang dependent atau bergantung pada orang lain dapat menjadi salah satu faktor mengalami depresi. Selian itu individu yang memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif dan memiliki pemikiran irasional atau pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan, Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis. Selain itu, faktor keturunan (memiliki keluarga dengan depresi) juga dapat menjadi faktor risiko seseorang lebih rentan terkena depresi. Setelah faktor biologis dan faktor psikis, TeSAGa DIY menjelsakan faktor sosial yang memicu individu mengalami depresi, yakni mengalami kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan, mengalami kegagalan, masalah dalam pekerjaan atau pekerjaannya menjadi beban tersendiri bagi individu, megalami paska bencana, setelah mengalami kelahirkan, masalah keuangan, ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol, memiliki trauma masa kecil, terisolasi secara social, faktor usia dan gender, tuntutan dan peran sosial (misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di sekolah ataupun tempat kerja), maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya. Adapun resiko yang ditimbulkan akibat depresi sangat bermacam-macam, seperti : Bunuh diri, Gangguan tidur, gangguan interpersonal, gangguan dalam pekerjaan, dan gangguan pola makan.
Ketika seseorang sudah terlanjur mengalami depresi bisa diatasi dengan obat-obatan dan psikoterapi apabila seseorang sudah konsultasi ke psikiater dan mendapatkan penanganan dan elektrokonovulsif apabila obat-obatan dan psikoterapi tidak mampu untuk menyembuhkan depresi. Elektrokonovulsif ini memiliki resiko yang cukup serius seperti, hilangnya ingatan seseorang, dan timbulnya kebingungan pada diri pasien. Olahraga juga merupakan penanganan depresi yang sederhana dapat dilakukan dimana dan kapan saja, karena dengan berolahraga dapat melepas hormone endofrin atau biasa kita kenal hormon bahagia. Adapun cara mencegah depresi yakniapabila sudah merasakan tanda-tandanya segera mengunjungi dokter dan ahli kesehatan mental untuk mendapatkan penanganan yang tepat, mendekatkan diri dengan keluarga dan orang-orang terdekat, mencari cara untuk mengontrol stress seperti melakukan meditasi, yoga, mendampingi keluarga atau teman yang sedang berada di masa sulit, hindari memutuskan keputusan hidup yang besar ketika sedang emosi tidak stabil, lakukan hal-hal yang membuat anda tetap terhubung dengan orang lain, mempertimbangkan penanganan jangka panjang untuk menghindari kambuhnya depresi, meningkatkan harga diri penderita depresi, dan hindari mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan alcohol.
Harapannya jika sat ini masyarakat sudah aware dengan adanya kesehatan mental, boleh sesekali mengunjungi psikolog untuk melakukan konsultasi atau apabila jika merasakan tanda-tandanya sangat dianjurkan untuk mencari bantuan ke psikolog atau seseorang yang profesional, seperti psikolog atau psikiater agar mendapatkan penanganan yang tepat, sehingga meminimalisir adanya self diagnose. Saat ini juga banyak aplikasi gratis atau unit pelayanan gratis yang sudah disediakan pemerintah seperti pelayanan TeSAGa DIY yang akan membantu, memberikan saran, mendengarkan curhat, dan memberikan informasi serta edukasi, jika berkenan dapat menghubungi langsung ke nomor Whatsapp 087719292111 atau melalui medsos lainnya, tesaga akan aktif 24 jam tidak terbatas hari libur dan kerahasiaan dijamin aman.