9 Maret 2022 - BY Admin

Hari Perempuan Internasional 2022 sebagai Momentum Lawan Bias Gender

Yogyakarta, DP3AP2 DIY (09/03/2020) - Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day yang diperingati pada tanggal 8 Maret pada setiap tahun merupakan hari untuk memperingati pencapaian perempuan dalam hal sosial, ekonomi, budaya, maupun politik. Pada tahun 2022, Hari Perempuan Internasional di tingkat internasional menggunakan tagar #BreakTheBias sebagai tema kampanye. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DIY (Dinas P3AP2 DIY) turut mengambil peran dalam kampanye tersebut melalui pelaksanaan webinar pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2022. Pelaksanaan webinar ini merupakan acara puncak yang disusun oleh Dinas P3AP2 DIY dengan mengusung tema besar “Bersama Lawan Bias Gender untuk Wujudkan Perempuan Berdaya”.

Webinar dilaksanakan secara daring melalui zoom serta ditayangkan secara live streaming di kanal youtube DP3AP2 DIY. Webinar ini menghadirkan GKR Bendara dan Kepala Dinas P3AP2 DIY Erlina Hidayati Sumardi, S.I.P.,M.M. sebagai narasumber dan Yudhy Widya Kusumo, M.A. dari Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) sebagai narasumber. GKR Bendara dalam paparannya menyoroti soal pentingnya pemahaman keadilan gender di lingkungan keluarga. Hal ini menjadi hal yang sangat penting karena lingkungan yang dihadapi oleh seseorang bermula dari lingkungan keluarga. Penerapan keadilan gender dalam keluarga dapat diwujudkan dengan pemberian perlakuan yang sama dari orang tua terhadap anak dalam banyak hal, mulai dari hal kecil dalam pemberian mainan, pembagian tugas dalam rumah tangga, serta pemberian akses yang sama terhadap anak laki-laki dan perempuan. Hal ini mengingat adanya tendensi bagi keluarga kurang mampu untuk lebih mendahulukan edukasi lanjutan bagi anak laki-laki dibanding perempuan. GKR Bendara menekankan bahwa perempuan harus senantiasa berusaha untuk mengeraskan suara dan menguatkan langkah agar masyarakat semakin sadar bahwa perempuan mampu melakukan hal-hal besar.

Kepala Dinas P3AP2 DIY Erlina Hidayati Sumardi, S.I.P.,M.M. dalam paparannya juga mengamini apa yang disampaikan narasumber yang pertama. Erlina Hidayati Sumardi, S.I.P.,M.M. menyatakan bahwa sinergi dari berbagai elemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengatasi kesenjangan gender di DIY. Meskipun Indeks Pemperdayaan Gender (IDG) di DIY dari tahun 2015 – 2020 mengalami kenaikan, namun masih terdapat banyak permasalahan yang terjadi di berbagai bidang pembangunan, seperti bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya, politik, dan lain-lain yang tanpa disadari bermula dari perencanaan dan manajemen keluarga yang kurang baik, relasi gender yang tidak seimbang, serta kesenjangan sosiologis kultural di keluarga. Hal ini berpotensi menyebabkan konflik di dalam keluarga serta dapat mengakibatkan adanya kekerasan dalam rumah tangga.

Sebelumnya, webinar seri pertama telah dilaksanakan pada Selasa, 4 Maret 2022 dengan paparan oleh narasumber dari Universitas Islam Indonesia Dr. Dra. Trias Setiyawati, M.Si., CHRA. dan dari Kaukus Perempuan Politik Indonesia DIY Novia Rukmi, S.I.P.,M.Pd. Pelaksanaan webinar yang dipandu oleh moderator Agus Ruyanto S.Sos dari Forum PUSPA DIY terfokus pada pembahasan terkait peran perempuan dalam politik. Dr. Dra. Trias Setiyawati, M.Si., CHRA. menjelaskan bahwa gender merupakan sifat yang melekat pada laki-lak dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya atau sering disebut sebagai kodrat budaya, hal ini berbeda dengan seks yang merupakan kodrat Tuhan yang tidak dapat ditukar dan tidak dapat diubah oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan meskipun teknologi kedokteran telah maju dengan pesat. Perbedaan gender yang muncul di masyarakat membuat posisi perempuan kerap dirugikan dengan adanya anggapan-anggapan seperti perempuan hanya pantas untuk tinggal di rumah, perempuan tidak pantas menjadi pemimpin, laki-laki tidak pantas untuk memasak, dan lain sebagainya. Dr. Dra. Trias Setiyawati, M.Si., CHRA menyatakan berbagai bentuk diskriminasi juga dirasakan perempuan sebagai akibat adanya bias gender dalam jenis strereotype, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan bahkan kekerasan terhadap perempuan.

Sementara itu, Novia Rukmi, S.I.P.,M.Pd dalam paparannya membahas peluang dan tantangan dalam bidang politik yang dihadapi perempuan. Permasalahan yang dihadapi perempuan dalam politik di antaranya disebabkan adanya budaya patriarki yang masih kental, adanya pragmatisme masyarakat dalam memilih wakil politik, posisi perempuan yang kurang kuat dalam pengambilan keputusan di partai, minimnya calon perempuan dalam nomor urut satu, hingga belum optimalnya pendidikan politik bagi masyarakat. Novia Rukmi, S.I.P.,M.Pd memaparkan beberapa strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal yang diperlukan pada poin pertama yaitu pentingnya meneguhkan niat dan tekad bagi perempuan untuk menjadi seorang legislator yang berintegritas. Selain itu, pemetaan jaringan dan penguasaan data perlu ditingkatkan oleh perempuan yang terjun dalam bidang politik. Hal yang tidak kalah penting dilakukan yaitu peningkatan kapasitas, aksesibilitas, serta sensitifitas perempuan terhadap permasalahan sosial yang ada.

Silakan Pilih CS

Pengaduan P2TPAKK
Telekonseling Tesaga
Layanan SAPA 129
Tutup
Ada yang bisa kami bantu?