Yogyakarta, DP3AP2 DIY (24/06/2021) - Pandemi Covid-19 selama dua tahun ini menyebabkan waktu yang kita habiskan dengan berselancar di dunia maya meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan masa sebelum pandemi. Durasi waktu berselancar di dunia maya yang semakin meningkat ini tidak dapat dipungkiri karena berubahnya pola hidup akibat pandemi yang masih saja belum usai hingga saat ini. Mayoritas kegiatan sehari-hari mereka berubah menjadi daring demi menjaga kesehatan dan keamanan siapapun yang terlibat. Sekolah, kuliah, dan pekerjaan tidak lagi memungkinkan untuk tatap muka karena protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Begitu juga dengan pola interaksi pertemanan dan pergaulan bergeser menjadi temu virtual. Maka tidak heran jika penggunaan aplikasi sosial media di masa pandemi ini meningkat pesat, terutama dalam kelompok umur 18-35 tahun. Kelompok umur ini adalah kelompok umur yang sangat aktif dalam membangun jejaring pertemanan baru. Dengan terbatasnya kesempatan untuk bertemu secara luring, maka bertukar akun sosial media menjadi hal yang jamak terjadi.
Dibalik fenomena ini, terdapat perilaku yang sangat menarik untuk kita cermati, yaitu maraknya penggunaan aplikasi kencan online di kalangan anak muda. Menurut data yang dihimpun oleh katadata, pada tahun 2020 pengguna aplikasi kencan online meningkat sebesar 20% dibandingkan tahun 2019. Hal ini terutama terjadi di daerah perkotaan yang notabene memiliki jaringan internet lebih baik dan lebih melek terhadap trend. Terdapat beragam jenis aplikasi kencan online yang dapat diunduh dengan mudah di internet. Mulai dari yang gratis hingga yang premium berbayar. Dari yang impor seperti Tinder, Match.com, OkCupid, dan Tantan hingga buatan dalam negeri seperti Setipe. Bahkan, belakangan terdapat aplikasi kencan online yang berbasis ta'aruf seperti Taaruf.id mengingat besarnya ceruk pasar di masyarakat. Meningkatnya penggunaan aplikasi kencan online ini didorong oleh berbagai faktor. Faktor yang paling jelas tentu saja karena pandemi Covid-19 yang semakin membatasi ruang gerak dan interaksi langsung di kalangan anak muda. Pembatasan akibat pandemi ini mengakibatkan banyak di antara mereka yang merasa terisolasi dan merasa kesepian. Bagi mereka yang merasakan hal ini, aplikasi kencan online seolah-olah menjadi ruang baru berinteraksi dan bertemu dengan kenalan baru. Tidak semua yang menggunakan aplikasi ini melulu berniat ingin mencari kekasih, sebagian besar justru hanya sekedar ingin mencari dunia baru dan lepas dari kepenatan yang monoton saat pandemi.
Faktor kedua adalah trend "couple goals" di kalangan anak muda. Belakangan ini terdapat trend yang cukup menggelitik di antara anak muda, yaitu memamerkan status kepemilikan pasangan mereka di sosial media, terutama Instagram dan Tik Tok. Didorong menjamurnya pasangan muda selebgram dan influencer dengam jargon "couple goals", maka berbondong-bondong remaja dan dewasa muda berusaha meningkatkan "status sosial" mereka dengan mencari pasangan. Memiliki pasangan dan mampu dijadikan konten sosial media akan meningkatkan status sosial mereka di antara teman sebaya. Mereka akan terlihat trendy. Menjadi jomblo adalah mimpi buruk yang harus segera diatasi. Disinilah ceruk aplikasi kencan online mendapatkan pasarnya pada generasi usia 18-35 tahun. Perlu diingat, generasi ini adalah generasi "digital native" yang berarti kemampuan interaksi sosial mereka tidak hanya terbatas pada interaksi luring, namun juga kemampuan interaksi daring. Maka generasi ini tidak memiliki kecanggungan dan kegagapan dalam berselancar di dunia maya untuk sekedar mencari kenalan baru. Bagi generasi ini, bertemu teman baru di dunia maya telah menjadi norma yang umum, seperti halnya generasi terdahulu dengan surat sahabat pena dan berkirim salam via radio.
Namun, gegap gempita fenomena aplikasi kencan online ini juga menyimpan sisi gelap yang patut menjadi perhatian kita semua. Semakin marak kasus-kasus kejahatan yang dimulai dari pertemuan di aplikasi kencan online. Mulai dari penipuan hingga kasus kekerasan berbasis gender online yang sangat parah. Ditambah lagi, karena basis kejahatan yang umumnya terjadi secara daring, sangat sulit bagi korban untuk melakukan laporan kepada pihak-pihak yang berwenang. Pelaku akan dengan sangat mudah menggunakan identitas palsu dan akun bodong yang dengan mudahnya dibuat di dunia maya. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui cara aman bergaul di aplikasi kencan online untuk mencegah hal-hal buruk terjadi.
Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah pastikan bahwa kita mengetahui resiko-resiko yang terjadi saat kita menggunakan aplikasi kencan online. Jangan menaruh harapan terlalu tinggi dan jangan mudah percaya dengan profil pengguna lain yang terpasang di tampilan aplikasi tersebut. Ingatlah bahwa apa yang terlihat di dunia maya belum tentu seindah aslinya. Kedua, dengarkan intuisi kita. Sering terjadi saat kita bertemu atau melihat profil seseorang, intuisi kita sudah merasa tidak nyaman atau merasa ada yang aneh dan janggal. Hal tersebut sebenarnya bisa menjadi peringatan dini bagi kita. Hanya saja, sebagian besar dari kita terbiasa untuk tidak mengindahkan peringatan ini karena sebagai orang Indonesia kita dididik untuk selalu bersikap ramah dan supel terhadap siapa saja. Didikan ini terutama sangat lazim bagi perempuan. Sikap ini menjadikan kita sangat mudah menjadi korban tindak kejahatan. Maka dari itu penting bagi kita untuk selalu mendengarkan intuisi kita di saat-saat tertentu. Ketiga, jangan pernah mencantumkan data diri pribadi seperti nomor telepon, alamat rumah, tempat kita bekerja pada profil aplikasi kencan online. Pastikan kita benar-benar mengenal baik orang tersebut sebelum kita membagikan data kontak pribadi kita. Keempat, usahakan percakapan atau obrolan yang terjadi masih dalam lingkup aplikasi. Jangan serta merta mengundang kenalan baru kita ke aplikasi percakapan pribadi seperti whatsapp, line atau telegram pribadi. Ingat selalu untuk selalu menjaga privasi kita hingga kita benar-benar yakin akan latar belakang orang tersebut. Kelima, jika pada akhirnya kita memutuskan untuk bertemu muka langsung dengan kenalan baru kita, usahakan selalu membawa teman untuk menemani kita. Kemudian pilih lokasi yang terbuka dan ramai, seperti mall atau cafe. Jangan mau jika yang bersangkutan menawarkan untuk mengantarkan kita pulang. Tolak dengan baik dan katakan bahwa kita masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan di tempat lain atau ada janji lain dengan teman. Keenam, jangan takut untuk segera mengakhiri percakapan jika anda sudah mulai tidak nyaman atau yang bersangkutan mulai bertanya hal-hal yang tidak pantas. Jika perlu, screenshot percakapan tersebut dan laporkan pada pengelola aplikasi kencan online tersebut. Ketujuh, kenalilah segala fitur dan menu yang ada pada aplikasi kencan online yang kita gunakan. Cari tahu apakah mereka memiliki fitur kemanan bagi pengguna atau fitur laporan jika kita bertemu dengan pengguna lain yang mengganggu dan melecehkan. Yang terakhir dan yang terpenting, ceritakanlah pada sahabat atau keluarga yang paling kita percayai bahwa kita saat ini kita sedang menjalin pertemanan dengan seseorang dari aplikasi kencan online. Hal ini sangat penting sebab sahabat atau keluarga ini dapat memberikan kita penilaian yang lebih objektif karakter dan keputusan yang kita ambil. Sahabat atau keluarga ini juga bisa menjadi jaring pengaman bagi kita jika hal-hal buruk terjadi pada kita suatu saat nanti.
Lalu apa yang dapat kita lakukan jika teman kita menjadi korban tindak kejahatan berbasis gender online? Yang pertama dapat kita lakukan adalah mendengarkan cerita mereka tanpa menghakimi dan menyudutkan teman kita. Berikan rasa aman dan perlindungan pada teman kita. Tanyakan langkah selanjutnya yang ingin mereka ambil. Hormati keputusan teman kita apapun keputusunnya walaupun mungkin tidak sejalan dengan pendapat kita. Ingatlah bahwa yang teman kita butuhkan saat ini adalah rasa aman dan dukungan. Kedua, jika teman kita memutuskan untuk melaporkan kejahatan yang menimpa mereka, tawarkan apakah dia ingin kita temani saat melapor? Apakah teman kita membutuhkan bantuan kita untuk mengumpulkan bukti-bukti sebagai data pendukung laporan? Tanyakan kebutuhan mereka dan berikan bantuan yang benar-benar mereka minta. Jika teman kita memutuskan untuk melakukannya semua sendiri, maka hormatilan keputusan dia tersebut dengan tetap memberikan dukungan. Ketiga, berikan opsi dan informasi tentang konsultansi psikologis pada teman kita untuk mengatasi rasa trauma yang dia alami. Tawarkan kepadanya tanpa paksaan. Setiap orang memiliki caranya tersendiri dalam mengelola trauma yang dialami. Namun akan sangat bijak jika kita memberikan berbagai pilihan yang bisa dia ambil dalam menyelesaikan permasalahannya sehingga teman kita tidak merasa ada solusi bagi permasalahannya.
Aplikasi dating online memang fenomena yang masih cukup baru di Indonesia. Masyarakat dan pemerintah pun masih tergagap gagap dengan fenomen ini. Maka dari itu, kita semua harus bijak dalam menyikapinya sehingga tidak akan terjebak pada tindak kejahatan berbasis gender online yang dapat timbul dari interaksi kita pada aplikasi tersebut. (*)