Yogyakarta, DP3AP2 DIY (18/02/2022) – Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berupaya memfasilitasi perempuan dan kelompok rentan untuk mendapatkan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat atas pembangunan. Akses merupakan kesempatan yang setara antara perempuan dan laki-laki untuk memperoleh sumber daya pembangunan.
Sementara partisipasi merupakan keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan. Kontrol adalah penguasaan untuk menentukan keputusan secara setara oleh perempuan dan laki-laki dalam pembangunan. Sedang manfaat merupakan penikmatan hasil pembangunan yang setara antara perempuan dan laki-laki.
Untuk itu dilakukan evaluasi pengarusutamaan gender pada semua Perangkat Daerah (PD) di lingkup Pemda DIY. Salah satu hasil dari evaluasi ini kemudian dipilih dan diberikan penghargaan terhadap Perangkat Daerah Pelaksana Pengarusutamaan Gender (PUG) Terbaik Pemerintah Daerah DIY.
Di tahun 2021, ada lima penerima penghargaan sebagai perangkat daerah pelaksana PUG terbaik. Penghargaan diserahkan langsung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DIY pada Rapat Koordinasi Pengendalian DIY Tahun 2022.
Pertama, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY sebagai Perangkat Daerah Terbaik dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender dengan Inovasi Pemanfaatan Media untuk Percepatan Pencapaian Kesetaraan Gender. Kedua, Dinas Sosial DIY sebagai Perangkat Daerah Terbaik dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender dengan Inovasi Pengembangan Sistem Data Pilah. Tiga, Dinas Kesehatan DIY sebagai Perangkat Daerah Terbaik dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender dengan Inovasi Pelembagaan Sistem Pengarusutamaan Gender. Keempat, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah DIY sebagai Perangkat Daerah Terbaik dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender dengan Inovasi Jejaring Kerja Pengarusutamaan Gender. Kelima, Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja sebagai Perangkat Daerah Terbaik dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender dengan Inovasi Percepatan Pengarusutamaan Gender dan Pemenuhan Hak Kelompok Rentan.
Di sisi lain, pemerintah juga menyadari keterbatasan dalam menjangkau ke seluruh masyarakat. Pada situasi ini kemudian munculnya sosok-sosok masyarakat yang berkontribusi pada perjuangan pada kelompok rentan. Pada upaya menautkan hal tersebut, Pemda DIY memberikan penghargaan Gender Champion bagi sosok inspiratif yang secara konsisten memperjuangkan isu kesetaraan dan keadilan gender pada berbagai bidang. Mereka yang melakukan perubahan di masyarakat agar tercipta dunia yang nirkekerasan dan adil tanpa pembedaan bagi kelompok rentan.
Mereka berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan, anak, lansia, penyandang disabilitas, dan masyarakat miskin serta mampu bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mewujudkan kesetaraan gender dan keadilan gender. Dari sosok inilah diharapkan bisa menjadi pembelajaran baik untuk masyarakat lain termasuk Pemerintah.
Penghargaan Gender Champion diberikan kepada empat sosok yang sangat inspiratif pada bidangnya masing-masing. Pertama, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam. Beliau merupakan aktivis perempuan yang bergerak pada beberapa isu. Salah satunya isu keluarga. Saat ini beliau aktif dalam berbagai organisasi seperti Wakil Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga DIY, Penasihat Dharma Wanita Persatuan DIY, Wakil Ketua Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI) DIY dan Pembina Lembaga Perlindungan Anak Yogyakarta. Sebagai Wakil Ketua dari Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) DIY, beliau aktif dalam kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Salah satunya dengan meresmikan Gerakan Ajak Menimbang Atasi Stunting (Gambang Stunting). Beliau juga aktif dalam program vaksinasi terutama untuk kelompok rentan termasuk perempuan, anak, dan lansia.
Kedua, Nur Hasim. Tokoh yang secara konsisten bergerak dalam isu gender, maskulinitas dan kekerasan berbasis gender di Indonesia. Selain sebagai dosen, beliau juga aktivis pada Rifka Annisa Women Crisis Center untuk perempuan korban kekerasan. Selain itu, melalui perspektif bahwa perubahan juga harus terjadi pada laki-laki membuat beliau menjadi pendiri Aliansi laki-laki Baru yang saat ini kiprahnya untuk pelibatan laki-laki dalam isu kesetaraan gender sudah dirasakan manfaatnya di Indonesia.
Nur Hasyim telah mempublikasikan beberapa tulisan terkait isu gender, maskulinitas dan kekerasan berbasis gender. Tulisan tersebut antara lain, Good Boys doing Feminism, Maskulinitas dan Masa Depan Laki-laki Baru, Belajar Mencintai dari Rumah dan Gerakan Laki-laki Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Ketiga, Dra. Agustina Prasetyo Murniati, MA. Beliau merupakan salah satu perempuan aktivis gerakan perempuan di Indonesia yang sejak awal menyuarakan kesetaraan gender terutama pada lingkup gereja. Beliau juga menjadi anggota komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan generasi pertama. Saat ini beliau bekerja sebagai pengasuh Pengasuh Padepokan Perempuan ‘GAIA’ Yogyakarta. Ia juga menjadi Fasilitator Pelatihan dan Lokakarya Persepktif Gender dan Feminis dan Konselor Feminis Keluarga dan Remaja.
Keempat, Sri Wahyaningsih. Merupakan perempuan yang aktif dalam kegiatan di bidang pendidikan alternatif. Pendiri dan pengelola sekolah alternatif bernama Sanggar Anak Alam pada tahun 2000. Mendirikan sebuah perkumpulan bernama Sekolah Tanpa Batas yang bergerak untuk mendukung sekolah-sekolah alternatif di Indonesia. Perkumpulan ini didirikan pada 2008. (*)-f