Yogyakarta, DP3PA2 DIY (25/01/2021) -Kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu hal yang penting dalam proses tumbuh kembang remaja. Ada banyak faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi remaja. Salah satu faktor yang paling penting ialah kecukupan gizi. Gizi ini penting untuk pertumbuhan remaja pada masa pubertas. Hal ini karena, kecukupan gizi ini pada akhirnya akan berpengaruh dalam jangka waktu yang cukup panjang. Contohnya pada kesuburan, keberhasilan pembuahan sel telur oleh sperma, dan tumbuh kembang bayi dalam rahim supaya nantinya bayi lahir dalam kondisi yang sehat dan normal. Oleh karena itu, sudah semestinya penting bagi remaja untuk memperhatikan kecukupan gizinya pada masa pubertas.
Akan tetapi, mirisnya remaja seringkali mengabaikan kecukupan gizinya dan tidak memperhatikan kondisi tubuh serta kesehatannya pada masa pubertas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chasanah (2016) yang berjudul Analisis Pengetahuan Kasehatan Reproduksi Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan status gizi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap remaja yang memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik maka status gizinya pun cenderung normal. Ini terjadi karena remaja yang memiliki pengetahuan baik mengenai kesehatan reproduksi akan lebih mempersiapkan dan memperhatikan kesehatan serta tubuhnya pada masa pubertas.
Oleh karena itu, orang dewasa seperti orangtua, lembaga pendidikan, dan masyarakat memiliki peran penting dalam mengedukasi remaja terkait dengan kesehatan reproduksinya. Hal ini guna menghindari resiko yang akan terjadi apabila remaja tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan reproduksi, salah satunya ialah kekurangan gizi. Di dalam lingkup keluarga sendiri, orangtua bisa menyediakan makanan yang bergizi untuk membantu anak-anaknya dalam mencukupi gizinya. Anak-anak yang sejak dini sudah dibiasakan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi tidak akan merasa terbebani ketika sewaktu remaja nanti diharuskan mengonsumsi makanan tersebut. Sedangkan di lembaga pendidikan atau sekolah bisa diadakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) dengan memasukkan gizi sebagai salah satu materinya. Dalam sebuah penelitian mengenai Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) Dalam Kurikulum SMA Dan Pengetahuan & Sikap Kesehatan Reproduksi Siswa diketahui bahwa Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) di kurikulum sekolah menunjukkan bahwa intra kurikulum dinilai siswa lebih mendukung PKRR dari pada extra kurikulum dan bimbingan konseling, dilihat dari beberapa aspek yaitu metode, material, konten/isi materi serta bentuk komunikasi yang digunakan. Maka dari itu akan lebih efektif apabila Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) dimasukkan dalam intra kurikulum. Akan tetapi juga didukung dengan adanya ekstra kurikulum dan konseling. Pada masyarakat, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKKR) dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti karang taruna, posyandu remaja, atau komunitas-komunitas yang berfokus pada kesehatan reproduksi remaja seperti PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja).
Berdasarkan penjelasan di atas, kita perlu merefleksikan kembali betapa pentingnya peran pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dalam mempengaruhi kecukupan gizinya. Namun mirisnya kecukupan gizi ini juga sering diabaikan oleh remaja itu sendiri. Pada momen perayaan hari gizi nasional ini dapat dijadikan sebagai titik awal untuk menumbuhkan kesadaran remaja akan kebutuhan gizinya dalam menjaga kesehatan reproduksi. Bahkan tidak hanya remaja saja, akan tetapi seluruh masyarakat, karena semua orang memiliki sumbangsih dalam menumbuhkan kesadaran remaja akan pentingnya kecukupan gizi dan memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR).