Yogyakarta, DP3AP2 DIY (17/10/2023) – Dalam rangka memberikan edukasi terkait bagaimana para orangtua mendapatkan keterampilan dalam membentuk dan mengupayakan kesehatan mental pada anak remaja, Puspaga Prima DIY menyelenggarakan kegiatan Penyuluhan Konseling Keluarga dengan tema, "Peran Orangtua dalam Membentuk Kesehatan Mental Anak". Kegiatan ini juga bertujuan mengajak peserta untuk menjadi pribadi yang berdaya serta lebih peduli dengan persoala-persoalan disekitarnya baik dilingkungan masyarakat maupun keluarga terkait permasalahan keluarga, psikologis, dan tumbuh kembang anak.
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Oktober 2023 pukul 09.00 – 11.00 WIB, dibuka oleh Ibu Arie Asimilia, S.Sos., yang dalam hal ini mewakili Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY. Dalam sambutannya Ibu Arie Asimilia menyampaikan bahwa secara lebih luas kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan keluarga dikalangan masyarakat DIY. Kegiatan penyuluhan konseling keluarga diselenggarakan di Ruang Rapat Serang 3 Dinas P3AP2 DIY, Jalan Tentara Rakyat Mataram No. 53, Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan pembicara Ibu Oneng Nawaningrum S.Psi., MA., Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis DIY.
Sesi Materi diawali dengan review tentang kesehatan mental secara umum. Salah satu peserta berpendapat bahwa kesehatan mental merupakan kondisi seseorang yang memiliki jiwa sehat, mampu berfikir dan berperilaku positif dan bermanfaat bagi orang lain. Peserta lain juga menambahkan bahwa orang yang memiliki kesehatan mental adalah mereka yang memiliki ketegasan dalam pengambilan keputusan
Kemudian dijelaskan oleh Ibu Oneng Nawaningrum bahwa kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk. Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang.
Melalui tema Peran Orangtua dalam Membentuk Kesehatan Mental Anak, kegiatan ini juga menyoroti tentang Gejala atau tanda-tanda seseorang mengalami Kesehatan yang kurang baik, antara lain; Perubahan perilaku, Perubahan mood, Kesulitan berkonsentrasi, Penurunan berat badan, Menyakiti diri sendiri, Muncul berbagai masalah kesehatan. Terkait dengan kesulitan berkonsentrasi, anak-anak yang menderita gangguan mental cenderung sulit fokus atau memperhatikan dalam waktu yang lama. Selain itu, mereka juga memiliki kesulitan untuk duduk diam dan membaca. Tanda penyakit mental yang satu ini dapat menyebabkan menurunnya performa di sekolah juga perkembangan otaknya.
Selanjutnya pada sesi diskusi dan tanya jawab, narasumber memberikan penjelasan atas pertanyaan peserta terkait fenomena bunuh diri, bahwa keinginan bunuh diri seseorang bisa muncul kapan saja apabila depresi yang dialami tidak segera diobati. Hal ini karena keinginan bunuh diri adalah bagian dari depresi seseorang. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang pola asuh orangtua yang agresif. Dalam hal ini narasumber menjelaskan bahwa anak yang sering dimarahi orangtua mengalami penurunan fungsi kognitifnya. Apalagi jika perlakuan ini diterima anak usia 3-5 tahun, maka di masa yang akan datang kecerdasan kognitifnya bisa saja berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya.
Di akhir sesi, narasumber menjelaskan terkait beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengupayakan kesehatan mental pada anak, yakni; (1) Dorong anak untuk berbicara tentang perasaannya dengan orangtua. Penting bagi anak untuk merasa bahwa mereka tidak harus melalui segala sesuatunya sendiri dan bahwa orangtua dapat bekerja sama untuk menemukan solusi untuk masalah anak. (2) Bicaralah dengan anggota keluarga terpercaya lainnya, seperti teman atau guru jika orangtua memiliki kekhawatiran. Jika orangtua merasa membutuhkan lebih banyak bantuan, bicarakan dengan dokter umum atau profesional kesehatan lainnya mengenai kondisi mental anak. (3) Tunjukkan cinta, kasih sayang, dan perhatian yang penuh pada anak remaja. (4) Tunjukkan bahwa kita sebagai orangtua tertarik dengan apa yang terjadi dalam kehidupan anak. Hargai ide dan pendapat anak Anda. (5) Nikmati menghabiskan waktu bersama dengan anak. (KN)