Yogya (KR) – Indonesia sebagai negara yang besar memiliki potensi SDM yang luar biasa. Termasuk potensi usia muda sebagai generasi penerus yang akan menerima estafet kepemimpinan negeri.
Hanya saja memang tidak dipungkiri jika tantangan generasi muda belakangan terbilang berat. Perkembangan yang semakin maju akan saling kejar dengan modus kejahatan baru. “Karena itu ketika menerima informasi, harus menggunakan akal dan hati. Jika tidak, maka dengan situasi demikian akan sulit menjadi orang sukses,” ungkap Direktur Ditreskrimum Polda DIY, Kombes Pol Ade Ary Syam Indriadi, saat menjadi pembicara dalam dialog ‘Ngrengkuh Bocah, Rembug Penanganan Kejahatan Jalanan’ yang diselenggarakan Dewan Pendidikan DIY, Kamis (10/2).
Menurutnya, tupoksi Ditreskrimum sudah jelas dalam bidang penegakan hukum. Sedang jika bicara kejahatan, hal itu akibat dari bayang-bayang peradaban manusia. Sebab itu akan terus berkembang seiring perkembangan. “Ada kecenderungan dalam kejahatan itu senior yang di depan menchallenge junior di belakangnya. Kejahatan itu muncul dari kurangnya pemahaman dan akhlak. Hal ini yang menjadi PR bersama. Kuncinya amankan akhlak,” sebutnya.
Sebab itu pihaknya komitmen akan menegakkan hukum sesuai aturan secara proporsional. Siapapun yang melakukan tindak pidana pasti akan diproses.
Sedang terpisah Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Yogyakarta, Sylvi Dewajani, semua pihak yang ada di dalam sistem tumbuh kembang anak, seperti keluarga sejak awal memberdayakan fungsinya yang teruji ketahanannya dalam menghadapi masalah. Dalam hal ini, sangat penting peran orang tua dalam mengatur dan mengelola keluarga tersebut.
Sementara pemerintah daerah harus pula menyediakan berbagai aktivitas yang sesuai untuk perkembangan fisik dan mental anak remaja. Ruang kegiatan remaja masih sangat kurang, seperti futsal, bulu tangkis, dan basket di kampung-kampung. Selain itu, terutama juga kegiatan seni budaya di kampung-kampung. Perlu untuk dibangun dan ditumbuhkan.
“Dari sisi masyarakat, sudah saatnya komunitas di masyarakat yang berkait dengan kegiatan anak-anak remaja, seperti karang taruna, komunitas seni dan budaya maupun kegiatan keolahragaan, ditumbuhkan dan dibangun menjamur. Kegiatan ini sangat baik untuk memberikan ruang bagi anak remaja membentuk pribadi tangguh, kuat namun juga sekaligus halus dan berbudi luhur serta berkemanusiaan,” ungkapnya.
Menurut Sylvi, jika kondisi kenakalan remaja dibiarkan akan sangat membahayakan. Baik cara perekrutan, cara menggerakkan dan mengelola anak-anak ini tampak teroganisir. Yang lebih parah, karena anak-anak remaja belum memiliki alternatif kegiatan, akhirnya mereka memilih genk sebagai alat aktualisasi dirinya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY, Erlina Hidayati Sumardi, menegaskan bahwa ketahanan keluarga menjadi hal utama. Basis budaya yang kuat di Yogyakarta bisa menjadi penekanan untuk membentuk karakter generasi muda. (Feb)-f