23 Juni 2023 - BY Admin

Sosialisasi : Membangun Keharmonisan dalam Keluarga

Yogyakarta, DP3AP2 DIY (23/06/2023) – Dalam rangka memperkenalkan layanan Puspaga sekaligus memberikan edukasi kepada Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota dan OPD Daerah Istimewa Yogyakarta, Puspaga Prima DIY, menyelenggarakan kegiatan sosialisasi dengan tema ‘Membangun Keharmonisan dalam Keluarga’. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi pada masyarakat secara umum tentang membangun hubungan keluarga yang harmonis melalui pembagian peran yang seimbang, penerapan pola komunikasi yang posistif, serta membuat Batasan yang jelas antar anggota keluarga. Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2023 pukul 09.00 – 12.30 WIB ini, dibuka oleh Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga (PKK), Ibu Hera Aprilia, S.Kom., M.Eng dan diselenggarakan secara hybrid, offline dan online. Secara online, sosialisasi diselenggarakan melalui Zoom Meeting yang dihadiri lebih dari 300 peserta dari berbagai OPD di DIY. Sedangkan secara offline, sosialisasi diselenggarakan di ruang rapat Serang 3, Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY dengan dihadiri oleh 30 peserta dari Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota dan OPD.

Dijelaskan oleh Bapak Nur Hasyim M.A, sebagai pemateri pertama tentang bagaimana Menjadi Keluarga Setara, Lentur dan Adaptif, bahwa Setara dalam keluarga artinya, status dan hubungan suami isteri, orang tua anak bukan status dan hubungan yang hirarkhis, peran publik dan domestik tidak dinilai berbeda, pembagian peran didasarkan pada kesempatan dan kapasitas/kemampuan, beban publik dan domestik tidak menghalangi setiap anggota keluarga menikmati waktu luang, setiap anggota keluarga memiliki kesempatan mengembangkan kapasitas, tidak menghitung beban yang dijalankan, tapi jangan memberikan beban berlebihan kepada pasangan dan anggota keluarga lainnya. Selain itu, Kelenturan keluarga dimaknai sebagai; tidak memandang peran-peran gender tradisional secara kaku, selalu siap untuk bernegosiasi dan kompromi terkait peran dan tanggungjawab, siap untuk berbagi dan bertukar peran dan tanggungjawab dalam situasi apapun, jika terjadi konflik kedepankan musyawarah dan mencaro solusi yang memenangkan semua pihak dan bukan jalan kekerasan. Karena berkeluarga itu untuk bekerjasama bukan untuk mendominasi dan menguasai

Melalui materi selanjutnya tentang Membangun Komunikasi Efektif dalam Keluarga, ibu Haniek Farida, S.Psi. M.Si sebagai narasumber kedua lebih menyoroti Pentingnya Komunikasi dalam keluarga yakni sebagai awal pengalaman sosialisasi anak, sebagai awal mula pendidikan karakter anak, sebagai sarana untuk memelihara/ membubarkan suatu hubungan, dan yang terakhir sebagai pola interaksi (kepuasan dalam perkawinan). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi yakni; pertama kenali watak, kedua kenali perbedaan dasar misalnya laki-laki biasanya lebih orientasi ke hasil, sedangkan  perempuan biasnya lebih berorientasi ke proses, dan yang ketiga perhatikan gaya komunikasi. Selain itu, Kompromi dan kolaborasi dalam pengasuhan baik nuclear family / extended family menjadi lebih baik karena keluarga lebih berfokus untuk mendampingi dan mendukung aktivitas anak pada masa-masa perkembangan. Selain itu, keharmonisan keluarga memberikan perasaan aman dan nyaman kepada anak, sehingga bisa mendorong anak untuk membangun konsep diri yang positif.

Selanjutnya, pada materi ketiga terkait Membangun Boundaries: Membuat Kesepakatan dalam Keluarga, ibu Meli Septriani, M.Psi., Psikolog menjelaskan bahwa batasan yg sehat dimulai dengan mengidentifikasi perilaku, karakteristik,dan tindakan yg membuat seseorang nyaman VS tidak nyaman. Ketika perilaku dan tindakan anggota keluarga yg invasif, kasar, atau ceroboh menyebabkan seseorang menderita secara mental atau menyebabkan seseorang cemas, inilah saatnya untuk menerapkaanbatasan yang sehat. Contoh Healthy Boundaries Building, misalnya; anak tidak boleh masuk ke kamar atau ruang kerja orang tua di jam-jam tertentu saat orang tua sedang melakukan pekerjaan penting begitu juga sebaliknya, orang tua maupun anak tidak boleh terlalu sering mengecek ponsel satu sama lain tanpa izin atau kebutuhan tertentu, anggota keluarga saling menginformasikan kegiatan di luar rumah seperti kapan, dimana, dan dengan siapa. Selanjutnya terkait kesepakatan pekerjaan rumah apa saja yang harus dilakukan oleh para anggota keluarga. Selain itu, perlu juga meminta izin atau menginformasikan kepada anggota keluarga jika ingin mengundang tamu tertentu ke rumah

Di akhir sesi, Ibu Meli Septriani menyampaikan bahwa manfaat healthy Boundaries, antara lain untuk menjaga self-care dan self respect, memudahkan seseorang dalam mengkomunikasikan kebutuhan dalam suatu hubungan, menciptakan waktu dan ruang dalam hidup seseorang untuk adanya interaksi yang positif. Hubungan dengan anggota keluarga seringkali menjadi hubungan yang paling dihargai orang. Dengan demikian memiliki 'batasan' untuk menciptakan hubungan keluarga yang sehat menjadi sangat penting untuk kesejahteraan mental dan emosional Anda secara keseluruhan. (KN)

Silakan Pilih CS

Pengaduan P2TPAKK
Telekonseling Tesaga
Layanan SAPA 129
Tutup
Ada yang bisa kami bantu?