Yogyakarta - Di tengah pandemi Covid-19 ini, masyarakat khususnya perempuan dihadapkan pada banyak permasalahan karena dampak yang luas. Banyak pengusaha perempuan mengalami kesulitan dalam berusaha dan memasarkan hasil produksinya, keluarga mengalami kesulitan ekonomi akibat mandegnya aktivitas di sektor pariwisata, anak-anak harus belajar di rumah dan permasalahan lain yang kompleks.
Namun, semangat Kartini yang menginspirasi perempuan Indonesia untuk bangkit berdiri di masa penjajahan harus tetap dipelihara. Momen peringatan Hari Kartini tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk menumbuhkan kembali semangat Kartini bagi perempuan di Indonesia dan di DIY pada khususnya. Semangat dan tidak menyerah dalam menghadapi cobaan pandemi Covid-19 ini. Perempuan perlu diajak kembali menilik sejarah Indonesia bahwa perempuan memiliki peran besar dalam perjuangan bangsa Indonesia.
Perempuan dalam sejarah juga menjadi penentu kemajuan perjuangan bangsa. Semangat perempuan tersebut tidak hanya terkait dengan peran domestiknya, tetapi juga peran sebagai tokoh utama keluarga yang kemudian menentukan ketahanan keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan.
Masih dalam rangkaian Peringatan Hari Kartini DIY Tahun 2021 bertema 'Perempuan yang Menginspirasi, Mandiri dan Bermanfaat untuk Negeri', dari sekian rentetan acara yang digelar, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY bersama Panitia Hari Kartini tahun 2021 DIY mengadakan Talkshow Online bertemakan 'Tetulung - Modal Sosial Perempuan di Tengah Masa Pandemi'. Kegiatan yang dilaksanakan melalui Online Zoom Net Meeting tersebut dilangsungkan Sabtu (5/5) lalu.
Pada kesempatan ini, Nelly Tristiana S.Kep. Ns. sebagai Kepala Bidang Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DIY menyampaikan Praktek Baik Program Desa Prima untuk Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Perempuan. Berdasarkan data secara nasional, usaha mikro memberikan kontribusi sebesar 30,25 persen bagi produk domestik bruto dimana sebagian besar dilakukan perempuan. Kepala rumah tangga perempuan yang berusaha sendiri sebesar 37,91 persen. Lebih besar dibandingkan laki-laki sebesar 22,34 persen dan perempuan yang berusaha sendiri ini sebagian besar ada di usaha mikro.
Bahkan potret wirausaha perempuan Indonesia menunjukkan tingkat kesetaraan dalam berwirausaha antara perempuan dan laki-laki merupakan yang paling tinggi di Kawasan Asia Pasifik, dengan rasio kegiatan antar gender sebesar 1,01 (Global Entrepreneurship Monitor 2019, Katadata). 43,45 persen pelaku usaha mikro kecil berjenis kelamin perempuan (BPS, SE2016-lanjutan, 2019). Pengusaha perempuan memiliki tingkat gagal bayar yang lebih rendah dibandingkan laki-laki (IFC, 2016). 49 persen perempuan di Indonesia telah berwirausaha, tertinggi diantara 12 negara yang disurvei dan 45 persen perempuan Indonesia menyatakan ingin berwirausaha.
Melalui Program Desa PRIMA (Perempuan Indonesia Maju dan Mandiri) yang merupakan program untuk meningkatkan partisipasi kaum perempuan dalam suatu wilayah melalui peningkatan produktivitas ekonomi agar tercipta kehidupan yang lebih baik. Berperan dalam menanggulangi kemiskinan melalui upaya ekonomi dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan seluruh potensi (SDA & SDM). Harapan yang ingin dicapai yakni perempuan semakin berperan dalam meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga pada tingkat mikro dan meningkatkan kualitas hidup bangsa pada tingkat makro. Dengan menyasar pada perempuan dari keluarga miskin agar terjadi penurunan tingkat kemiskinan di wilayah-wilayah yang dianggap berpotensi maupun yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi. Dalam hal ini DP3AP2 DIY berperan mengundang, sosialisasi, seleksi calon anggota, membentuk, pendampingan, dan pengembangan melalui program pengembangan dan pemberian dana insentif.
Selanjutnya narasumber lain yakni salah satu tokoh penggerak kemanusiaan Inem Jogja yang memiliki nama asli Made Dyah Agustina. Siapa sangka sosok Inem Jogja memiliki latar belakang yang unik juga. Inem Jogja bisa dikatakan masa kecil kurang bahagia karena kehidupan sehari-hari ia ikut membantu orang tua berjualan balon di Alun-Alun Utara. Meski demikian tidak mengurangi semangat untuk belajar bahkan ia merupakan lulusan Pendidikan S-2 Manajemen Pertunjukan Seni di Institut Seni Indonesia.
Lahir di Yogya namun memiliki darah Bali tidak mengurangi kecintaannya terhadap Yogyakarta. Perempuan penggerak aksi kemanusiaan ini sempat menjadi dosen namun profesi tersebut ia tinggalkan karena ingin mendedikasikan waktu untuk keluarga dan sekaligus mengabdi di masyarakat. Ia juga menyampaikan alasan pemilihan nama 'Inem' dan makna dibalik tata riasnya yang nyentrik tersebut.
Ia juga berbagai perjalanan karier, pencapaian yang telah dicapai dan pengalaman dalam berkegiatan sebar kebaikan melalui bermacam-macam cara yang telah ia lakukan selama ini. Sosok Inem mengajarkan bahwa untuk dapat saling berbagi kebaikan.
Pada kesempatan ini juga menghadirkan Murti Maharani S.Sos. M.Par. yang berbagi pengalaman program cantelan di Sleman. Berawal dari keprihatinan saat awal pandemi Covid-19 terutama untuk dalam hal ekonomi keluarga, menurunnya pendapatan keluarga, usaha menurun/gulung tikar, banyaknya PHK di sekitar otomatis sangat berpengaruh dalam daya beli masyarakat dan gizi keluarga.
Dimulai dengan gerakan 'Sembako Murah' yang berefek cukup baik. Namun karena memiliki beberapa kelemahan akhirnya ia mendapat inspirasi dari kegiatan cantelan yang dilaksanakan Kagama Care. Dengan berawal 10 paket senilai masing-masing Rp 5.000,- dimulailah kegiatan cantelan di Dusun Burikan Sumberadi Mlati Sleman.
Program ini memiliki kelebihan yakni penerima dan pemberi tak terbatas, biaya lebih murah, mengurangi kontak fisik, waktu pemberian tidak terbatas, keterlibatan dan partisipasi masyarakat dua arah. Perkembangan Canthelan di Dusun Burikan pada hari ke 17 telah memiliki enam titik canthelan yang tersebar di hampir semua RT dan diikuti dengan berdirinya canthelan di beberapa dusun tetangga.
Dalam pengelolaannya dibentuk tim relawan canthelan dusun dan setiap RT memiliki koordinator (semua perempuan) dibantu dengan menggandeng tokoh-tokoh masyarakat. Diawal pembentukan titik canthelan baru stok dibantu secara stimulan dari dana yang terhimpun dan sesama titik cantelan saling berbagi dan berkoordinasi. Selain dari donatur ada pula penggalangan dana dengan metode lain, salah satu cara penggalangan dana dengan menjual baju pantas pakai yang mampu memperoleh Rp 6.273.000 hanya dalam waktu tiga hari.
Terdapat pula beberapa inovasi cantelan yang terlaksana. Yang pertama ada cantelan Merah Putih (6 titik) dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan NKRI. Kedua syukuran Nasi Kuning dalam rangka 100 hari cantelan. Lalu ada Canthelan Kids untuk menumbuhkan kesadaran berbagi kepada sesama sejak dini, dari anak untuk anak. Program ini menarik perhatian publik bahkan mendapat apresiasi dari Pemerintah dengan kunjungan dari Wakil Bupati Sleman dan apresiasi dari media masa dengan tidak kurang 12 media massa yang telah meliput kegiatan cantelan Dusun Burikan. (*)
KR