Yogyakarta, DP3AP2 DIY (07/02/2022) – Anak yang bertumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya merupakan harapan orang tua, perlunya deteksi tumbuh kembang anak secara berkala wujud dari preventif keterlambatan tumbuh kembang anak. TeSAGa On Radio melakukan siaran hari Kamis, 27 Januari 2022 bersama Sonora FM dan Smart FM. Siaran radio dimulai pukul 13.00 WIB sampai 14.00 WIB dengan tema “Tumbuh Kembang Anak (usia 0-3 tahun)”. Siaran dibuka oleh mbak Aya sebagai penyiar, narasumber kali ini oleh Kepala Bidang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan yaitu Ibu Nelly Tristiana, S.Kep.Ners dan TeSAGa DIY selaku konselor. Kali ini kita akan membahas Tumbuh Kembang agar lebih jelasnya definisi dari bertumbuh adalah perubahan fisik yang dapat diukur dengan mudah. Berkembang adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks. Penjelasan ini senada dengan Ibu Nelly “tumbuh kembang anak yang merupakan cerminan masa depan,” ada dua hal yang menunjukan tubuh yang sehat yaitu tumbuh dan kembang. Tumbuh yang bisa diukur seperti bertambah besar, bertambah tinggi, bertambah Panjang, bertambah berat badan sesuai usianya kemudian untuk kembang sendiri seperti anak menjadi lebih pintar, bagaimana cara bermain, belajar dan berbicaranya. Berbicara tumbuh kembang anak tidak lepas dari masalah stunting, terkadang orang hanya melihat dari pertumbuhan fisik seperti badannya yang mengemaskan pipi yang nyempluk (pipi yang berisi) sedangkan perkembangan merupakan hal penting terutama perkembangan otak. Oleh karena itu, kematangan perkembangan otak sangat penting di awal trisemester kehamilan dan di masa perinatal. Ketika ibu sudah melahirkan upayakan untuk tumbuh kembangnya sesuai dengan tahapan pertumbuhannya.
Perlu dipahami sedari dini, orang tua untuk mengetahui sudahkah anak sesuai dengan tahap perkembangan sesuai usianya. Selama ini penyebab dari keterlambatan tumbuh kembang anak dipengaruhi dari berbagai macam faktor meliputi faktor gizi, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan baik fisik maupun sosial dan faktor perilaku. (Kementrian Kesehatan, 2014). Keterlambatan tumbuh kembang anak di Indonesia contohnya anak stunting tidak selalu berkaitan faktor ekonomi namun perlu dilihat untuk pola asuh orang tua terhadap anak bagaimana memberikan kasih sayang, perhatian terhadap anak dan bagaimana orang tua memberikan gizinya yang sesuai takaran. Sehingga stunting pada anak bukan selalu factor kemiskinan, kelompok ekonomi menengah bahkan kelompok ekonomi yang baikpun, bisa mengalami stunting maka dari itu pentingnya pola asuh orang tua atau pengasuh anak memperhatikan gizi yang baik dan makanan yang cukup. Melihat pentingnya tumbuh kembang anak secara optimal di mana anak merupakan generasi penerus bangsa. TeSAGa DIY bahwa pentingnya keluarga dalam memberikan kasih sayang terhadap anak secara seimbang antara ayah dan ibu yaitu peran orangtua dalam memantau tumbuh kembang anak secara bersama seperti memberikan stimulasi sesuai dengan tahap perkembangan sesuai usianya, pentingnya keluarga dalam memberikan kasih sayang terhadap anak secara seimbang antara ayah dan ibu yaitu peran orang tua dalam memantau tumbuh kembang anak secara bersama seperti memberikan stimulasi sesuai dengan tahap perkembangan sesuai usianya. Ibu Nelly juga menambahkan pentingnya peran orang tua dalam menstimulasi anak pada usia 0-3 tahun karena di masa itu merupakan masa yang kritis untuk pertumbuhannya secara spesifik, kita perlu menstimulasi anak seperti makanan yang bergizi, orang tua paham tahapan-tahapan perkembangan anak sesuai usianya supaya orang tua bisa mendeteksi tumbuh kembang anak secara mandiri. Selain itu, terdapat cara mendeteksi tumbuh kembang anak Ibu nelly menyampaikan setiap orang tua harus belajar apa saja tahapan tumbuh kembang agar dapat mendeteksi secara mandiri seperti tahapan anak belajar duduk, kemudian belajar merangkak dan seterusnya. Diharapkan orang tua atau pengasuh memahami tahapan perkembangan sehingga apabila tumbuh kembang tidak sesuai tahapan, orang tua bisa segera menangani dengan cepat. TeSAGa DIY menjelaskan bahwa ada serangkaian tes untuk mengetahui apakah ada indikasi keterlambatan dalam tumbuh kembang anak yaitu tes medis secara keseluruhan dan tes psikologi. Anak akan diberikan serangkaian tes sesuai tahapan usianya sehingga akan muncul hasil untuk mengetahui jika anak tersebut mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya atau tidak. Harapannya orang tua dapat melakukan preventif atau penanganan secara cepat agar segera diberikan terapi atau pengobatan yang sesuai untuk tumbuh kembang anak yang terlambat. Dalam hal ini, kita sebagai calon orang tua atau orang tua dapat melakukan screening perkembangan anak secara rutin dengan mengisi Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), semisal ibu rajin datang ke posyandu untuk skrining awal tumbuh kembang anak sesuai tahapannya. Apabila nanti ada kecurigaan terhadap tumbuh kembang anak, maka bisa ditangani secara cepat. Kak TeSAGa berpesan, sebagai orang tua jangan terlalu mengekang anak, secara psikologis anak sebaiknya diberikan kebebasan bereksplorasi sesuai pertumbuhan dan perkembangannya agar tumbuh kembang anak secara optimal. Sebaiknya orang tua memberikan arahan terhadap anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak sehingga anak tidak merasa dikekang oleh orang tuanya misalnya saja anak usia 10 tahun kita dapat memberikan arahan sesuai dengan usianya menjelaskan kepada anak sebab akibatnya secara sederhana yang bisa dipahami anak. Apabila anak merasa terancam anak justru akan melakukan kebohongan yang tentu saja orang tua tidak mengiginkan hal tersebut. Selain itu, sebagai orang tua sudah sepatutnya memperhatikan kebutuhan gizi yang baik maupun kebutuhan psikologis anak dan peran orang tua dalam mencegah keterlambatan tumbuh kembang anak sehingga apabila terjadi tanda-tanda keterlambatan tumbuh kembang anak dapat segera tertangani.